Jumat, 15 Juni 2012

Workshop at Garut

             Bosan dengan hiruk-pikuk seputar kota Hujan, para relawan  dimanjakan dengan pelatihan dari kakak-kakak kru Kosacil. Many thanks to crew karena tidak tanggung-tanggung, pelatihan tersebut dilaksanakan dua hari (25-26 Feb 2012) di Cipanas, Garut. Perjalanan ke Garut dari Jakarta dimulai sekitar pukul 21.00 WIB Jumat tanggal 24 Feb 2012, karena kru menginginkan kesiapan fisik para relawan di Sabtu pagi. Kru tidak ingin para relawan kelelahan menempuh 4 jam perjalanan di Sabtu pagi dan langsung menerima materi.
 
Benar saja, tidak lama tiba di penginapan sekitar pukul 01.00 WIB, kru dan para relawan langsung menempati kamar masing-masing, bersiap istirahat supaya pemberi materi dan penerima materi sama-sama segar keesokan harinya. “Tepar but fun,” celetuk Syifa, salah satu relawan Kosacil.
          Sesuai rencana kru, Sabtu pukul 08.00 WIB pelatihan pun dimulai. Sesi pertama adalah mendeskripsikan diri. Sebelum berangkat ke Garut, kru meminta tiap relawan untuk membawa buku gambar A3 dan majalah bekas. Ternyata majalah bekas digunakan untuk sesi ini. “Gambar apapun di majalah yang mewakili diri kalian, silakan tempel di halaman pertama.”


             Hasilnya pun beragam, mulai dari Meta yang suka musik, Betty yang suka bakso, dan Hafi yang suka sepak bola. Dari gambar-gambar tersebut, dapat ditebak tipe orang, passion, dan kegemarannya. Semakin penuh gambarnya, semakin baik seseorang mengenal dirinya. Namun, jika halaman buku gambar tersebut sepi, bukan berarti seseorang tidak mengenal dirinya, mungkin saja dia belum mampu mengekspresikan dirinya di waktu yang mendadak.

Setelah setiap relawan mempresentasikan hasil gambaran dirinya, masuk ke sesi dua. Pada sesi ini, kakak Vallent membagi ilmu tentang Asset-based Community Development  (ABCD) yang terdiri dari lima hal, yaitu discovery, dream, design, define, dan destiny. Sebuah ungkapan bahwa ”Kata Mencipta Dunia” juga termasuk di materi ABCD ini. Jadi, seseorang yang bergabung dalam sebuah komunitas sebaiknya saling berbagi untuk menuju sabuah mimpi yang dikelola, didesain, dan diartikan dalam bahasa yang sama. Pada akhirnya, keep your spirit and positive thinking, pasrah pada Allah SWT yang akan memberikan jawaban atas mimpi tersebut.
Menyatukan banyak tipe kepribadian dalam sebuah komunitas bukan seseuatu yang mudah. Orang pacaran aja sering berantem, apalagi Kosacil yang terdiri dari setidaknya 10 orang relawan berbeda. Tapi dengan mengenal pribadi dan identitas antar kru dan relawan, mimpi Kosacil akan lebih mudah dicapai. Di sesi dua ini juga diberikan materi tentang Mandala Diri dan 3 Personal Mantra. Nah, 3 Personal Mantra inilah yang menjadi akar identitas seseorang. Mungkin saja kepribadiannya berubah karena lingkungan, namun akar identitasnya akan tetap sama.
Masuk ke sesi tiga sekitar pukul 13.00 setelah istirahat dan makan siang, relawan kembali diminta kakak kru untuk menggunting-gunting majalah. Pada sesi ini, relawan diminta mengutarakan mimpinya di masa yang akan datang, misalnya dua tahun lagi. Pada mimpi itu harus diselipkan little thing about Kosacil, sehingga nama Kosacil dapat harum mewangi seantero Pulau Jawa. Hehehe….
           Mimpi para relawan tidak jauh dari bidang edukasi dan bisnis. Jiwa entrepreneur dan pengabdi bangsa sangat erat di tetes darah para relawan (maaf hiperbol). Ami misalnya, yang sebenarnya sudah memiliki toko belanja online untuk para pecinta fashion Jepang dan Korea. Ami bermimpi semoga di 1-2 tahun mendatang, online shop miliknya semakin berkembang, semakin banyak produk yang dijual, semakin banyak pembeli, jadi semakin untung deh. Keuntungan tersebut akan dibuatkan perpustakaan yang isinya buku-buku pelajaran atau dongeng yang boleh dibaca adik-adik peserta Kosacil. Keren kan? Hope your dreams will come true, Ami!! AMIN!





               Dengan berakhirnya sesi tiga, maka para relawan dan kru bisa beristirahat dan bermain di kolam air panas di dalam penginapan. Sambil berenang minum air, para relawan dan kru tetap eksis berfoto dan berenang dengan gaya masing-masing. 







Adzan magrib pun berkumandang, para relawan dan kru membersihkan diri setelah berendam di kolam air panas lalu mandi untuk berkeliling kota Garut di malam hari. Hm, apa rasanya malam mingguan di Kota Dodol ini? Ternyata tidak begitu ramai. Tidak terlalu banyak pilihan untuk relawan dan kru yang ingin nongkrong. Ujung-ujungnya sih beli tahu jeletot yang terkenal pedes itu, sambil makan bakso. Apa daya, cita-cita pengen makan spageti Italia, tapi bakso pun tetap disikat.
Kembali ke penginapan, para relawan dan kru bersiap mengambil posisi untuk menonton film favorit semua orang dari dulu sampai sekarang. Coba tebak! Bukan Warkop DKI, bukan Titanic, bukan Si Doel, tapi Ada Apa dengan Cinta (AADC).
Ternyata di balik semangat berkobar para kru dan relawan di setiap hari Minggu, sisi sensitif mereka kelihatan juga ketika menonton film ini. Padahal sudah menonton berkali-kali tetap saja air mata jatuh menetes dengan lancarnya. Itulah Kosacil, tetap apa adanya. Tidak akting dan berpura-pura tegar menyaksikan Cinta berlari mengejar Rangga di bandara.
Alasan dipilihnya film ini untuk dinikmati bersama-sama adalah sisi kebersamaan dan persahabatan, tidak hanya di dalam sekolah tapi juga di luar sekolah. Ketika Cinta berbohong kepada empat orang sahabatnya, Cinta tetap dimaafkan. Ketika Cinta ingin mengejar Rangga ke bandara, sahabatnya ikut mengantarkan. Relawan dan kru tidak berasal dari sekolah yang sama atau berteman karena lokasi rumah yang berdekatan. Mereka dipertemukan oleh kesamaan passion untuk memberantas buta huruf anak-anak kurang mampu. Kosacil menjadi wadah untuk menyalurkan passion tersebut, yang dibumbui oleh kebersamaan dan persahabatan. Bukan hal yang mudah untuk berbaur ke orang yang baru dikenal dan langsung mengajar adik-adik peserta Kosacil. Namun semua rasa malu menjadi hilang karena kesamaan cita-cita membentuk alumni Kosacil yang pintar ilmu dunia dan ilmu agama.
Minggu pagi tiba! Setelah selesai menyantap nasi goreng yang disiapkan penginapan, para relawan memulai materi sesi empat. Pada sesi ini, setiap relawan diminta untuk menyusun rencana materi apa yang akan diberikan ke adik-adik peserta Kosacil di setiap hari Minggu. Betty dan Ami bertanggung jawab di kelas Balita; Hafi dan Alul di kelas Senyum; Kak Elih, Ala, dan Alia di kelas Semangat; sedangkan Meta, Syifa, dan Acha di kelas Luar Biasa.
Sekitar pukul 10.30 semua materi telah selesai dikupas tuntas, diberi masukan, dan siap dieksekusi. Selanjutnya, relawan dan kru bersiap untuk check out dari penginapan, kemudian makan siang di daerah Balai Kota Garut dan membeli oleh-oleh Chocodot (Cokelat Dodol Garut).





Puas berbelanja Chocodot dan berfoto-foto, tenggorokan kembali segar setelah minum es goyobot khas Garut, kru dan relawan siap meluncur ke Bogor. Kota mana lagi yang dikunjungi relawan dan kru Kosacil untuk refreshing? Mungkin Malang Jawa Timur, mungkin Mekkah Arab Saudi. Di mana pun, Kosacil tetap aye! 



KOSACIL? Senyum, semangat, luar biasa! (@im_betty on twitter)







Tidak ada komentar:

Posting Komentar